Tiada terasa kini kita sudah memasuki bulan April tahun
2012. Tiada terasa pula, pertandingan Piala Davis antara Indonesia dan Thailand
sudah di depan mata. Ya, pertandingan tenis beregu putra dunia Grup II
Asia-Oceania itu akan digelar Jumat – Sabtu, tanggal 6 – 8 April 2012. Oh,
tinggal besok ya....? Ada penyesalan pada diri BeTe KITA kenapa terlambat
memberi informasi soal pertandingan yang akan digelar di Stadion Tenis I
Senayan, Jakarta. Padahal ada cerita menarik yang ada di balik persiapan
pertandingan itu.
Ketika BeTe
KITA lagi diliputi suasana bete, ini bener-bener bete bukan Berita Tenis KITA
lho, tiba-tiba ada kabar kurang sedap mampir di telinga BeTe KITA. Apalagi
kalau bukan semprotan yang menyalahkan BeTe KITA. “Hai BeTe KITA, kenapa tidak
ngabar-ngabarin soal pindahnya tempat pertandingan Piala David dari Kemayoran
ke Senayan? Kamu nyiksa saya karena saya sempat ke Kemayoran untuk lihat
latihan tim Indonesia. Eh malah kosong melompong. Untung ada yang ngasi tahu,
Piala Davis batal di Kemayoran karena mendadak dipindah ke Senayan. Dengan
mangkel saya langsung aja cabut dan males ke Senayan. Tau deh nanti nonton apa
nggak?” katanya nyerocos seperti nenek-nenek lincah tanpa memberi kesempatan
Bete KITA tuk memberi jawaban atau sekadar keterangan.
Padahal
BeTe KITA mau bilang, soal memilih dan memindahkan tempat pertandingan itu
merupakan hak dan wewenang dari PP Pelti yang dipimpin Ketua Umum Martina
Wijaya. BeTe KITA sendiri juga sudah kaget sejak awal soal tempat pertandingan
ini. Tahu-tahu PP Pelti sudah menyatakan memilih Kemayoran. Namun kemudian
secara tiba-tiba memindahkan ke Senayan. Ada apa dengan PP Pelti yang tiba-tiba
berubah pikiran dan mencabut keputusannya secara mendadak?
Setahu BeTe
KITA, boleh dong sok tahu, Ketua Umum Martina Wijaya yang merupakan wanita
pengusaha sukses selalu perfect dalam mengatur sesuatu. Apalagi soal Davis Cup
yang mempertaruhkan nama bangsa dan negara. Wanita pertama yang mencatatkan
diri sebagai pimpinan Pelti ini pasti mengutamakan standar tinggi dalam
menggelar kegiatan tenis. Namun kenapa kali ini berubah menjadi tidak karuan?
Perindahan
mendadak tempat pertandingan ini tentu memberi pengaruh kepada persiapan tim.
Ini yang utama. Para pemain Indonesia jadi dua kali melakukan penyesuaian
lapangan. Walaupun tidak berpengaruh banyak karena pemain-pemain kita sudah top
dalam menyesuaikan diri dengan lapangan namun ini jadi tidak berguna.
Seharusnya sebagai tuan rumah, Indonesia mempunyai keuntungan besar dalam
pengenalan lapangan dan suasana. Namun kalau berubah-ubah seperti maka
atmosfirnya pun jadi tidak karuan.
Setelah itu
ada pemborosan dalam pendanaan walau pun masalah uang ini bukan masalah bagi
Martina Wijaya. Soalnya, lapangan Kemayoran sudah sempat dibenahi untuk
menyambut pertandingan Piala Davis itu. Nah, ketika renovasi sedang berjalan
tahu-tahu pertandingan dipindah ke Senayan.
Mulai lagi
persiapan dari awal karena kondisi lapangan di Stadion Utama Tenis Senayan juga
tidak sempurna. Ada bagian yang perlu diperbaiki terutama di bagian belakang
dua sisi lapangan. Kalau tidak diperbaiki bisa membahayakan pemain.
Masalah itu
bahkan sempat menjadi sorotan refree. Sampai-sampai refree dari India itu
mengancam akan membatalkan pertandingan Piala Davis ini kalau tidak segera
diperbaiki. Sanksinya kalau sampai dibatalkan, Indonesia kalah WO dan kena
denda. Terpaksalah PP pelti kerja keras melakukan perbaikan karena berkejaran
dengan waktu.
Belum
diketahui perkembangan terakhir. Mudah-mudahan saja pertandingan tetap bisa
dilaksanakan sehingga para pecinta tenis Indonesia bisa melihat aksi para
pemainnya melawan petenis dari Thailand. Meskipun apa yang terjadi itu sudah
memalukan nama bangsa dan negara. Kenapa PP Pelti yang dipimpin Ketua Umum yang
disegani di pertenisan sia Tenggara, Asia dan dunia itu bisa melakukan hal yang
memalukan seperti itu?
Kejadian
ini memberikan gambaran, PP Pelti tidak bekerja secara profesional dalam
menyiapkan pertandingan Piala Davis ini. Sudah begitu semuanya dilakukan serba
tertutup. Semuanya dibiarkan berjalan serba amatiran dan minimalis.
Sudah
begitu, PP Pelti sama sekali tidak memberikan pelayanan yang baik kepada para
pecinta tenis. PP Pelti seperti tidak butuh dukungan masyarakat. Seharusnya
masalah perpindahan tempat pertandingan itu dan juga persiapan tim Indonesia
dan kedatangan tim Thailand diinformasikan kepada publik. Seperti lazimnya yang
dilakukan kepengurusan Pelti dahulu ketika masa kepemimpinan Moerdiono. Cosmas
Batubara, Sarwono Kusumaatmaja dan Tanri Abeng. Kala itu Humas PP Pelti aktif
memberikan informasi yang penting bagi masyarakat tenis sehingga tenis
Indonesia selalu semarak. Nah kenapa kali ini Humas Pelti melempem dan tidak
jalan?
Apa pun
alasannya yang jelas nasi sudah jadi bubur. Pelti kali ini di bawah pimpinan
Martina Wijaya sudah berubah total. Amat minimalis dan seperti tertutup.
Padahal ini masa bakti terakhir Martina yang seharusnya meninggalkan sesuatu
yang baik dan bagus. Sesuatu yang mencerminkan kebersamaan, kekompakan,
kemeriahan, kesemarakan dan sukses prestasi. Bukan seperti sekarang serba
minimalis, tertutup, tanpa partisipasi segala lini kepengurusan dan masyarakat
tenis. Jadi tidak heran bisa muncul cerita yang nyaris mencoreng nama baik
bangsa dan negara di mata dunia. Ampun deh, bete deh kita jadinya. ***
pengen komentar neh....kalo diliat gema acara davis cup aja kurang menggema...saya saja dapat informasi hanya dari rekan saya. bukan dari iklan or apapun...padahal acara davis cup inikan acarannya olahraga negara krn kan membawa nama negara. dan setelah saya ikut melihat acara tersebut penonton kebanyakan adalah 'keluarga besar senayan street crew'. yaa ballboy lapangan junior2 yg sedang latihan. sanagta disayangkan event spt itu hanya ditonton hanya segelintir orang. PELTI harus bisa mencari ide baru utk melakukan pengebrakan olahraga tennis di indonesia.
BalasHapustambahan : utk pemain sangat disayangkan hanya christo yg mempunyai kapasitas utk saat ini (tanpa menyampingkan anggota pemain lain) hingga harus bermain single dan double.
demikian komen saya, sbg penggemar tennis