Tampil di BeTe KiTa, Dijamin Tidak bete Lagi!

Mau tampil di BeTe KiTa? Gampang.....! Tinggal kirim data informasi dan foto (bila ada) ke e-mail: betekita@yahoo.com. Tampil di BeTe KiTa dijamin bakalan tidak bete lagi. Coba aja.... deh.

Sudah ada tiga orang yang mendaftar menjadi calon Ketua Umum PP Pelti 2012 - 2017. Menurut Anda siapa yang pantas memimpin Pelti.

Kepengurusan PP Pelti 2007-2012 segera berakhir. Bagaimana menurut Anda tenis Indonesia selama 10 tahun ini?

Rabu, 04 April 2012

DAVIS CUP: Ancaman Memalukan Bangsa

Tiada terasa kini kita sudah memasuki bulan April tahun 2012. Tiada terasa pula, pertandingan Piala Davis antara Indonesia dan Thailand sudah di depan mata. Ya, pertandingan tenis beregu putra dunia Grup II Asia-Oceania itu akan digelar Jumat – Sabtu, tanggal 6 – 8 April 2012. Oh, tinggal besok ya....? Ada penyesalan pada diri BeTe KITA kenapa terlambat memberi informasi soal pertandingan yang akan digelar di Stadion Tenis I Senayan, Jakarta. Padahal ada cerita menarik yang ada di balik persiapan pertandingan itu. 

            Ketika BeTe KITA lagi diliputi suasana bete, ini bener-bener bete bukan Berita Tenis KITA lho, tiba-tiba ada kabar kurang sedap mampir di telinga BeTe KITA. Apalagi kalau bukan semprotan yang menyalahkan BeTe KITA. “Hai BeTe KITA, kenapa tidak ngabar-ngabarin soal pindahnya tempat pertandingan Piala David dari Kemayoran ke Senayan? Kamu nyiksa saya karena saya sempat ke Kemayoran untuk lihat latihan tim Indonesia. Eh malah kosong melompong. Untung ada yang ngasi tahu, Piala Davis batal di Kemayoran karena mendadak dipindah ke Senayan. Dengan mangkel saya langsung aja cabut dan males ke Senayan. Tau deh nanti nonton apa nggak?” katanya nyerocos seperti nenek-nenek lincah tanpa memberi kesempatan Bete KITA tuk memberi jawaban atau sekadar keterangan.
            Padahal BeTe KITA mau bilang, soal memilih dan memindahkan tempat pertandingan itu merupakan hak dan wewenang dari PP Pelti yang dipimpin Ketua Umum Martina Wijaya. BeTe KITA sendiri juga sudah kaget sejak awal soal tempat pertandingan ini. Tahu-tahu PP Pelti sudah menyatakan memilih Kemayoran. Namun kemudian secara tiba-tiba memindahkan ke Senayan. Ada apa dengan PP Pelti yang tiba-tiba berubah pikiran dan mencabut keputusannya secara mendadak?
            Setahu BeTe KITA, boleh dong sok tahu, Ketua Umum Martina Wijaya yang merupakan wanita pengusaha sukses selalu perfect dalam mengatur sesuatu. Apalagi soal Davis Cup yang mempertaruhkan nama bangsa dan negara. Wanita pertama yang mencatatkan diri sebagai pimpinan Pelti ini pasti mengutamakan standar tinggi dalam menggelar kegiatan tenis. Namun kenapa kali ini berubah menjadi tidak karuan?
            Perindahan mendadak tempat pertandingan ini tentu memberi pengaruh kepada persiapan tim. Ini yang utama. Para pemain Indonesia jadi dua kali melakukan penyesuaian lapangan. Walaupun tidak berpengaruh banyak karena pemain-pemain kita sudah top dalam menyesuaikan diri dengan lapangan namun ini jadi tidak berguna. Seharusnya sebagai tuan rumah, Indonesia mempunyai keuntungan besar dalam pengenalan lapangan dan suasana. Namun kalau berubah-ubah seperti maka atmosfirnya pun jadi tidak karuan.
            Setelah itu ada pemborosan dalam pendanaan walau pun masalah uang ini bukan masalah bagi Martina Wijaya. Soalnya, lapangan Kemayoran sudah sempat dibenahi untuk menyambut pertandingan Piala Davis itu. Nah, ketika renovasi sedang berjalan tahu-tahu pertandingan dipindah ke Senayan.
            Mulai lagi persiapan dari awal karena kondisi lapangan di Stadion Utama Tenis Senayan juga tidak sempurna. Ada bagian yang perlu diperbaiki terutama di bagian belakang dua sisi lapangan. Kalau tidak diperbaiki bisa membahayakan pemain.
            Masalah itu bahkan sempat menjadi sorotan refree. Sampai-sampai refree dari India itu mengancam akan membatalkan pertandingan Piala Davis ini kalau tidak segera diperbaiki. Sanksinya kalau sampai dibatalkan, Indonesia kalah WO dan kena denda. Terpaksalah PP pelti kerja keras melakukan perbaikan karena berkejaran dengan waktu.
            Belum diketahui perkembangan terakhir. Mudah-mudahan saja pertandingan tetap bisa dilaksanakan sehingga para pecinta tenis Indonesia bisa melihat aksi para pemainnya melawan petenis dari Thailand. Meskipun apa yang terjadi itu sudah memalukan nama bangsa dan negara. Kenapa PP Pelti yang dipimpin Ketua Umum yang disegani di pertenisan sia Tenggara, Asia dan dunia itu bisa melakukan hal yang memalukan seperti itu?
            Kejadian ini memberikan gambaran, PP Pelti tidak bekerja secara profesional dalam menyiapkan pertandingan Piala Davis ini. Sudah begitu semuanya dilakukan serba tertutup. Semuanya dibiarkan berjalan serba amatiran dan minimalis.
            Sudah begitu, PP Pelti sama sekali tidak memberikan pelayanan yang baik kepada para pecinta tenis. PP Pelti seperti tidak butuh dukungan masyarakat. Seharusnya masalah perpindahan tempat pertandingan itu dan juga persiapan tim Indonesia dan kedatangan tim Thailand diinformasikan kepada publik. Seperti lazimnya yang dilakukan kepengurusan Pelti dahulu ketika masa kepemimpinan Moerdiono. Cosmas Batubara, Sarwono Kusumaatmaja dan Tanri Abeng. Kala itu Humas PP Pelti aktif memberikan informasi yang penting bagi masyarakat tenis sehingga tenis Indonesia selalu semarak. Nah kenapa kali ini Humas Pelti melempem dan tidak jalan?
            Apa pun alasannya yang jelas nasi sudah jadi bubur. Pelti kali ini di bawah pimpinan Martina Wijaya sudah berubah total. Amat minimalis dan seperti tertutup. Padahal ini masa bakti terakhir Martina yang seharusnya meninggalkan sesuatu yang baik dan bagus. Sesuatu yang mencerminkan kebersamaan, kekompakan, kemeriahan, kesemarakan dan sukses prestasi. Bukan seperti sekarang serba minimalis, tertutup, tanpa partisipasi segala lini kepengurusan dan masyarakat tenis. Jadi tidak heran bisa muncul cerita yang nyaris mencoreng nama baik bangsa dan negara di mata dunia. Ampun deh, bete deh kita jadinya. ***   

1 komentar:

  1. pengen komentar neh....kalo diliat gema acara davis cup aja kurang menggema...saya saja dapat informasi hanya dari rekan saya. bukan dari iklan or apapun...padahal acara davis cup inikan acarannya olahraga negara krn kan membawa nama negara. dan setelah saya ikut melihat acara tersebut penonton kebanyakan adalah 'keluarga besar senayan street crew'. yaa ballboy lapangan junior2 yg sedang latihan. sanagta disayangkan event spt itu hanya ditonton hanya segelintir orang. PELTI harus bisa mencari ide baru utk melakukan pengebrakan olahraga tennis di indonesia.

    tambahan : utk pemain sangat disayangkan hanya christo yg mempunyai kapasitas utk saat ini (tanpa menyampingkan anggota pemain lain) hingga harus bermain single dan double.

    demikian komen saya, sbg penggemar tennis

    BalasHapus