Tim tenis Thailand yang akan menjadi lawan Indonesia pada
babak II Grup II Piala Davis Zona Asia-Oceania sudah tiba di Jakarta. Mereka
sudah melakukan penyesuaian lapangan untuk menghadapi pertandingan pada Jumat –
Sabtu, 6 – 8 April 2012 di Senayan, Jakarta. Dalam latihan di Senayan, Jakarta,
mereka tampak percaya diri. Mereka tidak protes apalagi mengelukan soal ketidak
siapan Indonesia sebagai tuan rumah.
Para pemain
dan ofisial Thailand tidak mempermasalahkan tidak adanya handuk dan tidak
tersedianya mesin pemasang snar yang seharusnya disediakan Indonesia sebagai
tuan rumah. Tim dari Negeri Gajah Putih itu juga tidak mempermasalahkan kondisi
lapangan yang menuruit refree tidak memenuhi syarat sehingga perlu segera
diadakan perbaikan.
Kalau tidak
segera diperbaiki maka Indonesia bisa terancam sanksi. Pertandingan bisa
dibatalkan dan Indonesia dinyatakan kalah WO serta kena sanksi. Kalau ini
sampai terjadi maka ini akan menjadi tamparan luar biasa bagi Indonesia saat PP
Pelti dipimpin oleh Ketua Umum Martina Wijaya yang selama ini terkenal sebagai
sosok yang mengutamakan kesempurnaan dalam menggelar sesuatu gawe besar.
Apalagi pertandingan tingkat Piala avis yang mempertaruhkan nama bangsa dan
negera.
Namun
kenapa kejadian seperti itu bisa muncul di lapangan. Kejadian yang menimpa tim
tamu. Jelas ini menimbulkan pertanyaaan tentang kesiapan panitia di lapangan.
Kemana saja dan apa saja yang sudah dilakukan sehingga hal-hal penting seperti
itu luput dari perhatian? Rupanya panitia sudah mempermalukan Martina Wijaya di
mata Thailand yang merupakan negara terpandang dalam pertenisan Asia Tenggara,
Asia dan dunia.
Walau pun
tidak ada protes dan keluhan dari Thailand namun refree sudah menilai,
Indonesia tidak serius mempersiapkan diri sebagai tuan rumah. Ini menjadi
pukulan bagi nama baik bangsa dan negara Indoesia. Terutama pukulan buruk buat
Martina yang selama ini sosoknya disegani di percaturan tenis Asia Tenggara dan
Asia. Panitia telah mencireng nama baik Martina Wijaya di akhir masa jabatannya
yang seharusnya diisi dengan hal-hal positif dan keindahan.
Tidak
mulusnya pelayanan kepada tim Thailand menunjukan pula kita tidak ramah lagi
terhadap tamu. Padahal keramahan merupakan ciri khas dari bangsa ini. Kenapa sekarang
kita tak ramah lagi?
Adakah itu
cermin dari iklim yang kini menghiasi tenis Indonesia? Mudah-mudahan tidak.
Semoga Martina Wijaya masih tetap sebagai ibu tenis yang ramah dan selalu
memberikan yang terbaik bagi para pecinta tenis. Bukan berubah menjadi ibu yang
tidak ramah dan penuh senyum lagi.
Kalau tidak
demikian apakah ketidak ramahan ini menjadi suatu strategi tim Piala Davis
Indonesia untuk menaklukan Thailand yang memang terkenal tangguh? Jika ini yang
jadi alasan tentu sangat memalukan karena ini sudah menyimpang dari nilai
sportivitas. Haruskah nafsu untuk meraih kemenangan kita lari dan menghapus
keramahan yang merupakan nilai luhur bangsa Indonesia. Semoga ini tidak
demikian adanya. Kiata ingin menang dengan kstaria. Bukan menang dengan
menghalalkan segara cara. Bukan begitu? ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar