Sirkuit Tenis Nasional Pelti yang sudah berlangsung dalam dua seri di Jakarta dan Bandung mempunyai tujuan yang sangat bagus. Bahkan luar biasa dalam kondisi kosongnya kegiatan turnamen di dalam negeri. Apalagi Sirkuit Tenis Nasional Pelti yang akan berlangsung di 10 kota ini juga ditujukan untuk memberi kesempatan bertanding bagi para pemain muda di bawah usia 21 tahun yang akan terjun pada Pekan Olahraga Nasional XVIII di Riau, September nanti.
Ho...ho...., suatu tujuan yang ideal dan bahkan mulia. Menyelenggarakan pertandingan untuk memberi kesempatan tandingan pemain-pemain muda jelas perlu diacungi jempol. Ini merupakan karya apik dari Ketua Umum PP Pelti Martina Wijaya.
Meskipun hadiah turnamen itu amat minimalis. Jauh dari predikat Martina sebagai wanita pengusaha sukses. Wanita dengan penampilan perfect dengan selera tinggi dan sentuhan apik dan bergengsi serta bercitra tinggi dalam menggelar setiap kegiatan Pelti.
Kenapakah kali ini Martina mau menyelenggarakan turnamen tingkat nasional dengan prinsip minimalis? Padaha dia sudah tercatat dalam sejarah sebagai wanita pertama yang mampu menjadi Ketua Umum Pelti dengan dua kali masa jabatan. Adakah Martina mengendor sehingga menerima turnamen tergelar apa adanya karena masa jabatannya sudah akan berakhir tahun ini?
Ah lupakan itu. Yang jelas Martina sudah mampu menggelar turnamen untuk mengangkat pemain-pemain muda dan daerah. Bagaimana pun minimnya, bagaimana pun kecilnya hadiah tentu harus tetap diberi penghargaan atas upaya menggelar turnamen yang dibutuhkan pemain Indonesia yang tidak mampu bersaing di tingkat internasional ini.
Tetapi tahukah bahwa ada yang tidak menghargai niat suci penyelenggaraan Sirkuit Tenis ini? Siapa lagi kalau bukan orang tua pemain yang memanfaat turnamen ini untuk mengangkat anaknya dengan segala cara. Bahkan cara yang ditempuh itu sangat memalukan yaitu melakukan penyuapan demi kemenangan sang anak.
Tindakan penyuapan ini bukan hanya dilakukan sekali namun dua kali. Di Jakarta dan di Bandung. Bagi yang jeli mengamati setiap pertandingan yang tersaji tentu sudah tahu mana pertandingan yang dinodai oleh tangan-tangan penyuap itu. Tampaknya ini tidak perlu dipertanyakan lagi karena terjadi dengan gamblang di depan mata penonton.
Kalau ingin lebih teliti lagi maka amati saja skor pertandingan yang mencurigakan. Di sana pasti ada apa-apanya. Ada sesuatu yang memalukan dan sangat menodai jiwa sportivitas.
Tindakan penyuapan ini tentu tidak boleh dibiarkan terjadi terus menerus. Penyuapan sudah merupakan perbuatan yang jahat dan lebih kejam dari pencurian umur yang selama ini gencar diperangi oleh PP Pelti.
PP Pelti tentu tidak boleh membiarkan hal ini terus menjamur. PP Pelti harus menumpasnya dengan tegas. Kalau tidak maka akan merusak nama baik PP pelti yang dipimpin wanita pengusaha sukses dan berpengaruh di dunia oleharga Indonesia mau pun internasional.
Kalau ini tidak bisa diungkap dan diberantas maka sama saja menyimpan bom waktu di pertenisan nasional. Bom yang bisa meledak luar biasa se waktu-waktu. Bahkan bom itu bisa meledak sangat besar kalau sampai terbukti yang melakukan penyuapan itu termasuk anggota pengurus Pelti.
Selahin jahat, memalukan dan menijikkan, tindakan penyuapan itu tidak bermoral. Seharusnya pelaku penyuapan itu segera sadar diri dan malu tampil lagi di pertenisan nasional. Tidak ada tempat buat tangan-tangan yang sudah berlumur kejahatan.
Pemain yang diuntungkan dari penyuapan itu kalau tahu dirinya menang karena ada permainan seharusnya malu. Malu besar. Dia tidak perlu lagi bertanding di lapangan karena sudah ternoda. Untuk apa menang dan kemudian menjadi juara dengan cara-cara haram? Tentu hasilnya juara uang tidak halal. Tidak bermoral.
Sungguh menyedihkan. Sirkuit Ternis Nasional sudah dihancurkan nafsu menghalalkan segala cara. Adakah ini cermin dari iklim yang tengah berlangsung? Jawabannya hanya pelaku dan Tuhan yang tahu. ****
Tampil di BeTe KiTa, Dijamin Tidak bete Lagi!
Mau tampil di BeTe KiTa? Gampang.....! Tinggal kirim data informasi dan foto (bila ada) ke e-mail: betekita@yahoo.com. Tampil di BeTe KiTa dijamin bakalan tidak bete lagi. Coba aja.... deh.
Sudah ada tiga orang yang mendaftar menjadi calon Ketua Umum PP Pelti 2012 - 2017. Menurut Anda siapa yang pantas memimpin Pelti.
Kepengurusan PP Pelti 2007-2012 segera berakhir. Bagaimana menurut Anda tenis Indonesia selama 10 tahun ini?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Masih junior dah pandai suap2an..
BalasHapuscalon pejabat beneeerrr...
JANGAN BIARKAN..!! sebelum jadi pejabat,
GONIKAN aja SEKARANG JUGA..
jgn biarkan MERAJALELA..!
UANG bukan segalanya.. tapi..
segalanya harus dengan UANG..
PAYAHHHHH..!!