BeTe KITA - Eh tahu nggak, BeTe KITA bener-bener bete deh liat ulah pengurus pusat Pelti mau Munas nanti di Manado, Sulut. Tahu kan Munas tanggal 23-25 November itu akan memilih Ketua Umum. Rupanya ada pengurus Pelti yang masih mau duduk teyuss walau Martina Wijaya tidak bisa lagi dipilih soalnya sudah menjabat dua periode. Aturan itu tidak membuat pengurus lama mau mundur legowo. Kayaknya mereka masih mau pegang peranan untuk mengamankan kedudukkan dan juga menutupi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan selama ini. Jadi pengurus lama dengan dikomandoi Sekjen Subronto Laras mulai melakukan manuver mendukung calon Ketum yang nantinya bisa diatur.
Pertama, rezim Martina mencoba membujuk Menteri Pariwisata dan Perekonomian Kreatif, Mari Eka Pengestu untuk jadi calon. Pas sih karena Mari Eka doyan main tenis. Yang tidak pas, pencalonan Mari tujuannya untuk mempertahankan rezim lama dan menutupi ketidakbersan pengurus selama ini, Misalnya soal laporang keuangan yang tidak jelas. Pengelolaan Pusat Tenis Kemayoran yang menyimpang. Pembayaran pajak hadiah pemain. Juga penggunaan dana bantuan dari ITF dan IOC.
Bantuan dari negara lewat Menpora juga tidak jelas pengunaannya. Ada yang menyebutkan ada dana ratusan juta rupiah yang dipakai oleh segelintir pengurus untuk kepentingan pribadi. Sehingga dana yang seharusnya untuk keperluan tenis daerah itu menguap.
Sudah begitu ada juga janji-janji pengurus yang tidak terwujud. Bantuan untuk daerah hanya janji-janji. Raket untuk daerah dibiarkan menumpuk. Daerah yang mau minta harus menyetor duit untuk oknum pengurus.Pemilihan pemain tidak transparan karena mementingkan keluarga dan teman dekat. Makanya pemain Indonesia hanya itu-itu saja.
Pengurus yang kenyang dan bisa bermain selama ini tidak rela Pelti dimpimpin orang baru. Posisi mereka takut digusur. Kekuasaan dan keenakan mereka takut hilang. Bermainlah mereka memajukan calon Ketum yang bisa distir dan mengganjal calon yang akan melakukan reformasi.
Setelah gagal membujuk Mari Eka maka Subronto dkk merayu Maman Wirjawan. Kakak kandung Mentri Perdagangan Gita Wirjawan ini dimajukan jadi calon oleh Subronto dkk. Maman nantinya akan distir untuk mempertahankan kekuasaan pengurus lama yang sudah ingkar janji, merusak iklim dan bermain dengan uang pajak dan bantuan luar negeri maupun uang negara dari Menpora.
Tanda-tanda pengurus Pelti mau mendukung Maman sudah terlihat saat pengumuman Maman sebagai calon. Ia disambut oleh Subronto. Kemudian tim suksesnya adalah Teguh Juwandi, Ketua Pelti Kalsel yang merupakan orang kepercayaan Subronto dan pembela mati-matian Subronto karena dulu dekat di PT Suzuki.
Cara main kasar lainnya yang dilakukan rezim lama adalah mengundang para Pengda untuk mendukung Maman. Undangan memakai kop surat Pelti. Bukti PP Pelti main kasar.
Kalau ini dibiarkan dan para Pengda tidak sadar maka Maman akan dijadikan seperti Gita di PBSI. Maman akan dipaksakan terpilih aklamasi oleh pengurus lama. Maman akan dijadikan boneka pengurus lama. Maman kenapa mau begitu? Apakah ia gila kekuasaan.Kalau sampai mau diatur begitu maka pantaslah disebut Maman memang gila jabatan dan kekuasaan. Tentu ini menodai reputasi kakaknya yang sudah rusak di PBSI.
Main kasar Pelti tidak membuat calon lain Wailan Walangi dan Jafar Hafsah mundur. Mereka terus maju. Dukungan Pengda juga sudah didadapat saat konsolidasi di Hotel Century Jakarta, 10 November 2012 lalu. Ada 25 Pengda yang hadir.
Semoga para Pengda tidak terkecoh oleh permainan kasar oknum pengurus Pelti yang ingin terus berkuasa dan menikmati uang dan faslitas lainnya untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Para pengda harus mengedepanan hati nurani untuk kejayaan tenis Indonesia.
Duet Wailan dan Jafar harus mampu menggagalkan manuver jahat rezim lama. Tenis Indonesia perlu gairah baru. Martina Wijaya orang baik namun ia dikelilingi orang-orang yang haus kekuasaan dan faslitas. Ini yang harus diingat pengda. Penghargaan tetap perlu diberikan pada Martina namun antek-amteknya yang tidak memikirkan kemajuan tenis perlu digusur.
Mari memilih dengan baik. Jangan sampai salah langkah. Tenis Indonesia akan berjaya lagi. Semoga. ***
Pertama, rezim Martina mencoba membujuk Menteri Pariwisata dan Perekonomian Kreatif, Mari Eka Pengestu untuk jadi calon. Pas sih karena Mari Eka doyan main tenis. Yang tidak pas, pencalonan Mari tujuannya untuk mempertahankan rezim lama dan menutupi ketidakbersan pengurus selama ini, Misalnya soal laporang keuangan yang tidak jelas. Pengelolaan Pusat Tenis Kemayoran yang menyimpang. Pembayaran pajak hadiah pemain. Juga penggunaan dana bantuan dari ITF dan IOC.
Bantuan dari negara lewat Menpora juga tidak jelas pengunaannya. Ada yang menyebutkan ada dana ratusan juta rupiah yang dipakai oleh segelintir pengurus untuk kepentingan pribadi. Sehingga dana yang seharusnya untuk keperluan tenis daerah itu menguap.
Sudah begitu ada juga janji-janji pengurus yang tidak terwujud. Bantuan untuk daerah hanya janji-janji. Raket untuk daerah dibiarkan menumpuk. Daerah yang mau minta harus menyetor duit untuk oknum pengurus.Pemilihan pemain tidak transparan karena mementingkan keluarga dan teman dekat. Makanya pemain Indonesia hanya itu-itu saja.
Pengurus yang kenyang dan bisa bermain selama ini tidak rela Pelti dimpimpin orang baru. Posisi mereka takut digusur. Kekuasaan dan keenakan mereka takut hilang. Bermainlah mereka memajukan calon Ketum yang bisa distir dan mengganjal calon yang akan melakukan reformasi.
Setelah gagal membujuk Mari Eka maka Subronto dkk merayu Maman Wirjawan. Kakak kandung Mentri Perdagangan Gita Wirjawan ini dimajukan jadi calon oleh Subronto dkk. Maman nantinya akan distir untuk mempertahankan kekuasaan pengurus lama yang sudah ingkar janji, merusak iklim dan bermain dengan uang pajak dan bantuan luar negeri maupun uang negara dari Menpora.
Tanda-tanda pengurus Pelti mau mendukung Maman sudah terlihat saat pengumuman Maman sebagai calon. Ia disambut oleh Subronto. Kemudian tim suksesnya adalah Teguh Juwandi, Ketua Pelti Kalsel yang merupakan orang kepercayaan Subronto dan pembela mati-matian Subronto karena dulu dekat di PT Suzuki.
Cara main kasar lainnya yang dilakukan rezim lama adalah mengundang para Pengda untuk mendukung Maman. Undangan memakai kop surat Pelti. Bukti PP Pelti main kasar.
Kalau ini dibiarkan dan para Pengda tidak sadar maka Maman akan dijadikan seperti Gita di PBSI. Maman akan dipaksakan terpilih aklamasi oleh pengurus lama. Maman akan dijadikan boneka pengurus lama. Maman kenapa mau begitu? Apakah ia gila kekuasaan.Kalau sampai mau diatur begitu maka pantaslah disebut Maman memang gila jabatan dan kekuasaan. Tentu ini menodai reputasi kakaknya yang sudah rusak di PBSI.
Main kasar Pelti tidak membuat calon lain Wailan Walangi dan Jafar Hafsah mundur. Mereka terus maju. Dukungan Pengda juga sudah didadapat saat konsolidasi di Hotel Century Jakarta, 10 November 2012 lalu. Ada 25 Pengda yang hadir.
Semoga para Pengda tidak terkecoh oleh permainan kasar oknum pengurus Pelti yang ingin terus berkuasa dan menikmati uang dan faslitas lainnya untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Para pengda harus mengedepanan hati nurani untuk kejayaan tenis Indonesia.
Duet Wailan dan Jafar harus mampu menggagalkan manuver jahat rezim lama. Tenis Indonesia perlu gairah baru. Martina Wijaya orang baik namun ia dikelilingi orang-orang yang haus kekuasaan dan faslitas. Ini yang harus diingat pengda. Penghargaan tetap perlu diberikan pada Martina namun antek-amteknya yang tidak memikirkan kemajuan tenis perlu digusur.
Mari memilih dengan baik. Jangan sampai salah langkah. Tenis Indonesia akan berjaya lagi. Semoga. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar